BanD ProfiLe




Nama Lengkap: Paul Brandon Gilbert Website Resmi: Paul Gilbert Tempat/Tgl Lahir: 6 November 1966 di Carbondale Illinois - USA. Group Band Saat Ini: Racer X Group Band Sebelumnya: Racer X, Mr.Big Pengaruh: Eddie Van Halen Pendidikan: Tamatan GIT (Guitar Institute Of Technology) dan Instruktur GIT. Gitar: Ibanez Paul Gilbert Model (PGM) Signature Series Keahlian: Alternate Picking, String Skipping, Arpeggio, dll.

Paul Gilbert merupakan salah satu dewa gitar seperti halnya Steve Vai, Yngwie, John Petrucci lainnya. Sebelumnya Paul dikenal melalui group bandnya Mr.Big, rekaman Mr.Big yang laku keras turut membesarkan nama Paul di dunia musik rock.

Paul sendiri sudah cukup mengegerkan dunia gitaris pada tahun 86-87 sebagai pemain gitar tercepat di dunia ketika Paul masih bergabung dengan group band Racer X. Teknik permainannya telah sempurna saat ia baru menginjak 17 tahun itu.

Pada usia 5 tahun (1971) Paul sudah mulai mempelajari gitarnya, 10 tahun berikutnya (1981) Paul coba mengirim demo rekamannya ke produser Mike Varney dan di luar dugaanya Mike sangat mengagumi permainannya di samping Tony Macalpine.

Pada tahun 1984 Paul pindah ke LA dan melanjutkan sekolah gitarnya ke GIT (Guitar Institute of Technology) dan kini telah menjadi instruktur sekolah gitar bergengsi ini.

Pada tahun 1986 dia bergabung dengan band pertamanya Racer X dengan album debutnya "Street Lethal ", kemudian "Second Heat" (1987) & "Live! Extreme Volume" (1988).

Pada tahun 1989 Paul meninggalkan Racer X dan bergabung dengan group band MR.BIG dengan pemain bass yang disegani "Billy Sheehan", vocalis Eric Martin dan drummer Pat Torpey.

Mereka meluncurkan album pertamanya "MR.BIG" dan MR.BIG tampil untuk pertama kalinya di Jepang pada bulan Oktober.

Selanjutnya Paul meluncurkan album berikutnya: "Live! Raw Like Sushi" (1990), "Mr Big - Lean into it" (1991), "Mr.Big - San Francisco Live" (1992), "Racer X - Live Extreme Volume 2" (1992), "Mr.Big - Bump Ahead" (1993), "Mr.Big - Live! Raw Like Sushi 2" (1994), "HEY MAN" & " The best of MR.BIG" (1996), "Hard Rock Cafe", " Live At Budokan " & solo " King of Club" (1997)

Lagu "To Be With You" (dari Album "Lean Into It") menduduki posisi pertama di majalah Billborad USA selama 3 minggu.

Pada tahun 1998 Paul tampil pertama kali di Jepang dengan solo albumnya. Paul meluncurkan album solo "Flying Dog". Tahun 1999 Paul kembali ke Jepang dan meluncurkan album solo kedua "Beehive Live" dan album ketiga Racer X "Technical Difficulties".

Tahun 2003 album Burning Organ dirilis, kali ini masuk ke label Indonesia dibawah naungan Staria Enterprise. Namun album berikutnya, Acoustic Samurai tidak lagi di Staria, melainkan berpindah ke label Variant Music. Kemudian Paul menggelar promo tur album "Spaceship One" hingga ke Indonesia. Hal ini disambut antusias oleh penggemar-penggemarnya, pasalnya banyak artis asal Amerika yang menarik diri karena takut disweeping oleh pihak-pihak tertentu.




Sheila on 7 adalah salah satu grup musik populer Indonesia yang berdiri pada 6 Mei 1996 di Yogyakarta. Grup yang beranggotakan Duta (Akhdiyat Duta Modjo, vokal), Eross (Eross Candra, gitar), Adam (Adam Muhammad Subarkah, bass), serta Brian (Brian Kresna Putro, drum) ini pada awalnya bernama “Sheila” (bahasa Celtic: musikal). Kata “Gank” kemudian ditambahkan sehingga menjadi “Sheila Gank”. Kata inipun akhirnya diubah menjadi “on 7″, yang diambil dari tujuh tangga nada dalam musik.

Sheila on 7 telah beberapa kali mengalami perubahan susunan anggota. Pada Oktober 2004 Brian masuk menggantikan Anton yang dikeluarkan karena dianggap tidak disiplin. Lalu pada Maret 2006 Sakti mundur dari Sheila on 7 untuk belajar agama di Pakistan.
Setelah sibuk dengan masing masih project nya kini waktunya Sheila On 7 akan merilis album ke-6 nya yang issue nya akan di beri judul “Menentukan Arah”. Album ini merupakan album pertama Sheila On 7 yang di garap tanpa sound enginer. Single pertama di album ke-6 ini berjudul “Betapa” yang rilis pada minggu ke dua juni 2008 dan sudah mulai masuk di beberapa chart radio radio tanah air.

Berikut Adalah Profil Dari Para Personil SO7:

Akhdiyat Duta Modjo
Akhdiyat Duta Modjo (biasa disapa Duta, lahir di Kentucky, USA, 30 April 1980; umur 28 tahun) adalah vokalis grup musik Indonesia, Sheila on 7. Pria yang beragama Islam dan bertinggi tubuh 178 cm ini merupakan sulung dari dua bersaudara anak dari Prof. Dr. Hakam S. Modjo (alm.), gurubesar bidang penyakit tanaman di UGM. Ia pernah kuliah di Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Mekanisasi Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta namun tidak menyelesaikannya karena kemudian sibuk bermain musik. Menjadi sarjana masih menjadi cita-citanya.


Eross Candra
Eross Candra biasa disapa Eross adalah seorang pria kelahiran Yogyakarta, 3 Juli 1979 yang berprofesi sebagai musisi yang merupakan anggota dari grup musik Indonesia Sheila on 7. Eross berposisi sebagai gitaris dari grup musik tersebut. Pria yang beragama Islam dan mempunyai tinggi 173 cm ini adalah anak pertama dari 3 bersaudara dan mempunyai hobi kesenian.


Adam Muhammad Subarkah
Adam Muhammad Subarkah biasa disapa Adam (lahir di Yogyakarta, 22 Februari 1979; umur 30 tahun) adalah musikus dan anggota dari grup musik Indonesia Sheila on 7 dan berposisi sebagai bassist. Pria yang beragama Islam dan memiliki tinggi 178 cm ini mempunyai hobi bermusik dan pernah kuliah di Fisipol, Jurusan Hubungan Internasional - UGM Yogyakarta. Adam menikah dengan Umi Arimbi Khallistasani, pemegang gelar Putri Berbakat di ajang Putri Indonesia 2003 pada tahun 2005. Mereka telah dikaruniai seorang anak, Lovely Az’ahra Sheekeane (lahir 6 April 2006).



Brian Kresna Putro biasa disapa Brian adalah pria kelahiran Jakarta, 22 Januari 1981 yang bertinggi badan 168 cm dan beragama Islam. Brian merupakan drummer dari grup musik Indonesia Sheila on 7 yang menggantikan posisi dari Anton Widi Astanto yang sudah keluar dari band tersebut. Ia juga anak pertama dari 3 bersaudara dan pernah kluliah di Sarjana Ekonomi Universitas Atmajaya Jakarta, cita-citanya sebagai musisi.



Biografi:
Grup yang berdiri pada 6 Mei 1996 ini pada awalnya adalah sekumpulan anak-anak sekolah dari beberapa SMA di Yogyakarta. Di awal berdirinya bersatulah lima anak muda, Duta (vokal) berasal dari SMA 4, Adam (bass) dari SMA 6, Eross (gitar) dari SMA Muhammadiyah I, Sakti (gitar) dari SMA De Britto, dan Anton (drum) berasal dari SMA Bopkri I. Mereka sepakat untuk membentuk sebuah band dan membawakan lagu-lagu dari kelompok Oasis, U2, Bon Jovi, Guns N’ Roses, dll. Pada waktu itu juga, mereka telah memiliki beberapa lagu-lagu orisinal karya mereka sendiri dan mereka mencoba untuk memperkenalkan dan membawakan lagu-lagu tersebut dengan penuh rasa percaya diri di berbagai pentas.
Sampai saat ini juga, mereka masih sulit untuk menyebut warna musik apa yang sebenarnya dimainkan. Tetapi satu hal yang jelas adalah bahwa mereka berkeyakinan untuk memainkan “Sheila music”, dimana ide-ide atau kreasi dalam bermusik dimunculkan secara spontan dan menampilkan lirik-lirik yang gampang dicerna serta konsep musik yang sederhana.
Pada awal berdirinya grup ini bernama “Sheila”. Tidak lama kemudian, mereka menambahkan kata “Gank”, hingga jadilah “Sheila Gank”. Namun karena masalah ‘sense’, akhirnya nama mereka berganti menjadi “Sheila on 7”, “on 7” berarti solmisasi alias 7 tangga nada (do re mi fa sol la si).
Sejak awal grup ini mencoba untuk tampil secara profesional. Dimulai dengan keterlibatan mereka dalam beberapa pentas musik, festival maupun pertunjukan komersil di DIY dan Jawa Tengah, baik di lingkup sekolah, kampus, serta panggung umum. Satu hal yang cukup meyakinkan dan membanggakan adalah keikutsertaan mereka dalam program indie label “Ajang Musikal” (Ajang Musisi Lokal) di tahun 1997 milik Radio Geronimo 105.8 FM & G-Indie Production di Yogyakarta, dimana program ini adalah program sindikasi radio yang disiarkan oleh hampir 90 radio swasta di tanah air. Ajang Musikal adalah program radio yang menyiarkan lagu-lagu karya sendiri dari band-band lokal yang belum pernah rekaman komersial.
Dalam program ini mereka mendapat respons yang sangat positif, dimana request dari para pendengar untuk lagu karya mereka sendiri yaitu ‘Kita’, menempatkan mereka selama 3 bulan berturut-turut di tangga lagu Ajang Musikal G-Indie 10 pada bulan Maret, April, dan Mei 1997.
Menunjuk pada hal tersebut, “Sheila on 7” mampu untuk merefleksikan dirinya dan menjadikannya sebagai tolak ukur untuk ke jenjang yang lebih atas lagi yakni rekaman komersial. Dengan penuh keyakinan pula, Sheila on 7 memberanikan diri untuk menawarkan demotape serta proposal ke label Sony Music Indonesia, dan akhirnya kesempatan pun datang dengan dikontraknya Sheila on 7 untuk 8 album dengan sistem royalti.









Slank adalah sebuah grup musikdi Indonesia. Dibentuk oleh Bimbim pada 26 Desember 1983 karena bosan bermain musik menjadi cover band dan punya keinginan yang kuat untuk mencipta lagu sendiri. Dan berhasil menjadi salah satu musisi bersejarah dan dikenang serta berpengaruh sepanjang masa di Indonesia. Selain itu Slank juga menyandang predikat Indonesia's Highest-Paid Music Star (bintang musik berbayaran termahal) pada tahun 2008 dan 2009 dengan honor Rp 500 Juta per show.

Awal Karir

Cikal bakal lahirnya Slank adalah sebuah grup bernama Cikini Stones Complex (CSC) bentukan Bimo Setiawan Sidharta (Bimbim) pada awal tahun 80-an. Band ini hanya memainkan lagu-lagu Rolling Stones dan tak mau memainkan lagu dari band lain, alhasil mereka akhirnya jenuh dan menjelang akhir tahun 1983 grup ini dibubarkan.

Bimbim meneruskan semangat bermusik mereka dengan kedua saudaranya Denny dan Erwan membentuk Red Evil yang kemudian berganti nama jadi Slank, sebuah nama yang diambil begitu saja dari cemoohan orang yang sering menyebut mereka cowok selengean dengan personel tambahan Bongky (gitar) dan Kiki (gitar). Kediaman Bimbim di Jl. Potlot 14 jadi markas besar mereka dan menjadi situs wajib yang harus dikunjungi para Slanker.

Mereka sempat tampil di beberapa pentas dengan membawakan lagu-lagu sendiri sebelum Erwan memutuskan mundur karena merasa tidak punya harapan di Slank. Dengan perjuangan panjang terbentuklah formasi ke-13, Bimbim, Kaka, Bongky, Pay dan Indra, Slank baru solid.

Dengan formasi Bimbim (Drum), Bongky (Bass), Pay (Gitar), Kaka (Vokal) dan Indra (Keyboard) mereka mulai membuat demo untuk ditawarkan ke perusahaan rekaman.

Setelah berulang kali ditolak, akhirnya tahun 1990 demonya diterima dan mulai rekaman debut album Suit-Suit... He He He (Gadis Sexy). Album yang menampilkan hit Memang dan Maafkan itu meledak dipasaran sehingga mereka pun diganjar BASF Award untuk kategori pendatang baru terbaik. Album tersebut juga seakan "menampar" industri musik Indonesia yang kala waktu itu masih gencarnya lagu lagu Malaysia seperti tembang Issabella milik Search. Musik Slank yang Rock 'N Roll Blues itu bisa dibilang penyelamat kaum anak muda di Indonesia. Gayanya yang cuek dan slengean tapi bersahabat itu menarik massa yang saat itu masih sebatas minoritas.

Album kedua mereka, Kampungan pun meraih sukses yang sama. Hits single dari album Kampungan adalah Mawar Merah dan Terlalu Manis yang dibuat dalam dua versi. Suka suka dan Jualan. Namun anehnya,, justru lagu yang versi Suka suka lah yang menjadi hits dan sering dimainkan. Lagu nya memang damai karena Kaka bermain harmonika (bukan pertama kali ini saja Kaka bermain harmonika). Di album Kampungan ini pun,Slank memasukkan lagu Nina Bobo. Nafas Rock 'N Roll dan Blues masih terasa di album ini. Wajar,, karena nyawa musik Slank ada di situ.

Tahun 1993 bulan Desember, Slank merilis Album ketiga yang diberi judul Piss/Tiga. Semboyan Peace di plesetkan menjadi Piss. Semboyan Piss menjadi trend di masa itu (mungkin juga sampai sekarang). Hits single dari album ini adalah Piss dan Kirim Aku Bunga. Cover album ini adalah seorang model yang meniru pose Jim Morisson (The Doors). Namun banyak yang berpendapat bahwa model di cover tersebut adalah Bimbim.

Tahun 1994, Slank lagi-lagi merilis sebuah album yang diberi titel Generasi Biroe. Lagu ini juga sering dibawakan sampai saat ini. Hits single dari album ini adalah Generasi Biroe, Terbunuh Sepi, dan juga Kamu Harus Pulang yang sering dimainkan saat ending show mereka.

Album ke lima mereka, Minoritas dirilis pada Januari 1996. Menampilkan single Bang Bang Tut yang juga sukses dipasaran dan masih sering dinyanyikan di show mereka. Di album ini juga Bim Bim menyanyikan sebuah lagu miliknya yang berjudul Bidadari Penyelamat. Unik nya,, lagu ini tidak ada aransemen apapun. Hanya suara Bim Bim saja.

Perpecahan Band

Pada saat menggarap album keenam (Lagi Sedih), Bimbim selaku leader akhirnya memutuskan untuk memecat Bongky, Pay dan Indra.[1]. Namun ada juga yang menyebutkan bahwa Bongky, Indra dan Pay keluar atau mengundurkan diri karena perilaku Bimbim dan Kaka yang sudah terlampau parah dalam penggunaan narkoba. Perpecahan tersebut sebenarnya sudah bisa terlihat di album ke empat mereka di lagu Pisah Saja Dulu. Bimbim bahkan berniat untuk membubarkan Slank. Namun sebuah surat yang ditulis dengan darah oleh seorang Slanker membuatnya mengurungkan niatnya. Isinya menyeramkan. Dia bersumpah untuk membunuh Bimbim jika Bimbim benar benar melaksanakan niatnya untuk membubarkan Slank. [2] Kaka dan Bimbim tetap menggarap album ke-6 dengan bantuan additional player[2]. Reynold masuk untuk mengisi posisi gitar dan Ivanka yang waktu itu sering nongkrong di Potlot juga ikut membantu dalam mengerjakan project Slank untuk album ke enam dengan formasi masa transisi ini.

Album Lagi Sedih pun dirilis pada Februari 1997. Dengan single Koepoe Liarkoe dan Tong Kosong membuktikan Slank masih survive. Tawaran manggung pun berdatangan. Dan saat tinggal beberapa kota yang akan diselesaikan dalam rangkaian show nya,, Reynold menyatakan ingin keluar dari Slank. Alasannya karena beliau juga tidak kuat karena Bimbim dan Kaka yang saat itu masih terjerumus dengan narkoba. Walaupun saat itu sudah dibujuk untuk menunda pengunduran dirinya,, Reynold tetap tidak ingin melanjutkan sisa show nya. Saat itu lah reformasi di tubuh Slank terjadi.
[sunting] Narkoba

Terbujuk rayuan teman di Bali 14 tahun lalu, Bimbim—penabuh drum grup musik Slank—dan keponakannya, Kaka—vokalis Slank—pun mencecapi ”obat langit” yang membuat pemakainya melayang-layang dan ketagihan.

Waktu pertama kali mencoba (1994), mereka bilang badan jadi tidak enak. Muntah-muntah. Enek. Tapi kok besok paginya mencari lagi? Itulah putau, sekali pakai orang langsung ketagihan. Maka berlanjutlah ia memakai putau.

Semenjak memakai jenis narkoba ini, Bimbim yang biasanya pendiam, rapi, tak suka teriak-teriak, tiba-tiba berubah. Demikian juga Kaka.

Banyak pengalaman pahit, dari sejak mereka pakai (1994) sampai tahun 1999. Pengalaman di Lubuk Linggau (1998) juga tak terlupakan. Mereka ”kehabisan barang”, sakau. Tidak ada orang jual barang seperti itu di Lubuk Linggau. Bimbim sampai tidak bisa bangun, di kamar. Padahal mereka masih harus melayani wartawan, wawancara. Tinggal Kaka, yang badannya lebih kuat, melayani wartawan, meski dengan susah payah.

Slank membantah anggapan bahwa dengan mengkonsumsi Narkoba seorang seniman bisa lebih kreatif, justru sebaliknya, tanpa menggunakan barang haram tersebut mereka terbukti bisa menghasilkan karya-karya bagus.

"Saat membikin album pertama hingga ketiga, kami belum memakai Narkoba, tapi album itu terbukti paling bagus. Jadi, tanpa Narkoba kami bisa menghasilkan karya yang bagus. Setelah album ketiga, kami menjadi pengguna," ujar Kaka.


Masuknya Abdee, Ridho, dan Ivanka (Formasi akhir)

Ivanka ditarik menjadi member resmi. Slank yang sepeninggal Reynold langsung bergerak cepat. Management langsung mencari orang untuk untuk menyelesaikan sisa show di beberapa kota. Ivanka merekomendasikan Abdee Negara untuk membantu Slank. Abdee dan Ivanka memang sebelumnya sudah bersahabat dan psatu Band di Flash. Sedangkan manager Slank waktu itu,,Mbak Wiwid mengontak Mohammad ridwan Hafiedz (Ridho) yang baru saja menyelesaikan sekolah gitarnya di Hollywood untuk diminta bantuannya. Mereka pun ditugaskan untuk menghafal 35 lagu Slank dalam waktu satu minggu. Sebuah target yang besar dan waktu yang singkat. Namun mungkin karena dua orang itu adalah seorang musisi yang hebat,, target tersebut tercapai. Dengan adanya dua gitaris ini sebenarnya sangat membingungkan juga karena sebelumnya Slank hanya memakai satu gitaris. Namun karena mepetnya waktu,, akhirnya dua orang tersebut dipake untuk melengkapi formasi inti Slank. Formasi ini bertahan hingga saat ini dan mereka terus melahirkan karya-karya yang menegaskan eksistensi mereka di dunia musik Indonesia.

Album baru dan semangat baru

Masuknya Abdee dan Ridho dalam formasi inti membuat Bimbim dan Kaka melanjutkan perjalanan bermusiknya. Diawali dengan album Tujuh yang dirilis January 1998 dengan single yang menghentak yaitu Balikin. Lagu yang menandakan bahwa Bimbim dan Kaka ingin rehat dan sehat dari ketergantungan. Ditambah dengan Abdee dan Ridho yang benar-benar bersih dari narkoba semakin menguatkan niat mereka. Mereka berhenti bukan karena takut diikuti massa yang memang sudah banyak,, namun mereka berhenti justru karena sudah banyaknya yang mengikuti mereka memakai narkoba. Album tersebut terjual satu juta copy hanya dalam hitungan minggu. Bimbim lagi-lagi menyumbang suaranya dalam lagu Bimbim Jangan Menangis. Sebuah curhatan yang tercipta sejak tahun 1993.

Album berikutnya Mata Hati Reformasi dirilis. Lagu-lagu di album ini banyak bercerita tentang masalah sosial dan pemerintahan di zaman reformasi. Ketinggalan Zaman menjadi andalan di album ini. Slank juga mengaransemen ulang lagu tradisional yang diberi judul Punk Java. Di album ini juga terdapat sebuah lagu yang seharusnya di rilis pada album Tujuh namun terkena sensor. Namun saat Orba rezim Soeharto runtuh, lagu tersebut bisa masuk dalam album ini. Siapa Yang Salah adalah judul lagunya. Yang unik dari lagu ini adalah lagu ini hanya dimainkan oleh Bimbim dan Kaka. Mereka berdua yang memainkan semua. Bimbim juga mengambil dua porsi lagu yang dia nyanyikan. Aktor Intelektual dan Nggak Mau Percaya. Di album ini Slank memberi bonus sebuah kalung tiap satu buah kaset original. Ada peringatan di belakang kaset untuk didampingi kepada pendengar dibawha umur. Banyak lagu yang direkam secara Live di album ini.

Tahun 1998 juga Slank menyelenggarakan konser dengan judul Konser Piss 30 Kota yang direkam dan dijual ke pasaran. Lagu yang direkam secara live dan ada bonus dua buah lagu baru yaitu Pintu dan Makan Gak Makan

Tahun 1999 Slank merilis double album yang diberi judul 999+09. Ada total 27 lagu yang dibuat dalam dua versi. Yaitu versi abu-abu dan versi yang biru. Versi yang biru memiliki single Bintang Kesiangan dan Anak Mami sedangkan versi abu-abu adalah Orkes Sakit Hati dan Ngangkang serta Malam Minggu Lagi. Lagu Orkes Sakit Hati memang ditujukan kepada orang-orang dan politisi yang cenderung menguraikan janji-janji manis nya. Di PV lagu tersebut juga Slank bermain di tengah-tengah masyarakat kecil. Bimbim mengambil jatah dua lagu dari masing-masing album. Sista Petty di album abu-abu dan Friday di album biru.Bonus dari album ini adalah sebuah kantong kecil yang biasa dipakai di ikat pinggang. Tahun 1999 pun menjadi tahun dimana Bimbim mengakhiri masa lajangnya dan menikahi seorang gadis bernama Reny.

Slank kemudian merilis sebuah album the best yang diberi titel De Bestnya Slank. Berisi lagu lag pilihan dengan satu lagu dari album sebelumnya yang di remix oleh DJ Anton di lagu Ngangkang. Dan sebuah live lagu Malam Minggu Lagi yang direkam di Potlot.

Next album,, Virus dirilis pada 2001. Berisi single Virus, Jakarta Pagi Ini, dan #1. Bonus dari album ini adalah sebuah tattoo dan kartu koleksi Slank. Lagu bertema sosial juga dimasukkan di album ini. Keprihatinan Slank tentang pembabatan hutan bisa ditangkap lewat lagu Lembah Baliem. Di lagu #1, Slank untuk pertama memasukkan unsur orkestra di lagu nya. Erwin Gutawa orkestra lah yang ikut membantu lagu yang ditaruh di track terakhir itu.

Sukses album Slank sendiri langsung diikuti dengan konser Virus Road Show 22 Kota di Indonesia dan hasil Live nya sendiri bisa didengar di album yang diberi judul A Mild Live Slank Virus Road Show dengan bonus tambahan satu buah lagu baru dengan judul yang sangat menarik, I Miss You But I Hate You dan bonus sebuah Koran Koranan Slank. Koran Koranan Slank ini adalah cikal bakal lahirnya media bulletin yang bisa didapatkan diluar (tanpa harus membeli kasetnya) secara berkala. Ini adalah album live kedua Slank setelah Konser Piss 30 Kota.

Dalam versi kaset,,terdapat permainan solo dari Abdee, Ridho, dan Ivanka. Rekaman lagu Pak Tani yang di Jember dimana terjadi keributan antar penonton pun dimasukkan di kaset ini. Namun jika Anda melihat yang versi VCD nya,, konser yang di ambil adalah yang di Jember. Di lagu Bocah, Ivanka bermain gendang terlebih dahulu sebelum memainkan gendangnya. Di lagu Pak Tani dimana ada keributan tersebut, Slank mengajak penonton untuk melakukan semacam tanya jawab di tengah-tengah lagu. Di lagu Kamu Harus Pulang yang menjadi penutup konser pun diselipi ucapan terima kasih kepada semua pihak di tengah-tengah lagu.

Seperti tak mengenal lelah,,Slank lagi-lagi merilis album studio kesebelas nya yang diberi titel Satu Satu (11) pada tahun 2003. Bulan dan Bintang, Gara-Gara Kamu, dan Jembatan Gantung menjadi hitsnya. Lagu Bulan dan Bintang juga masuk dalam soundtrack film Novel Tanpa Huruf R. Lagu Gara-Gara Kamu ditujukan kepada narkoba yang sempat membuat mereka mengalami masa-masa kritis. Tingkat kreativitas Slank saat itu bisa dibilang sangat tinggi dan sangat produktif. Bisa dibilang di tahun ini lah mereka benar-benar bersih dari ketergantungan. Album ini juga diikuti dengan award AMI Award kategori album rock terbaik. Album ini diberi bonus kondom dan kartu koleksi Slank. Cover depan album pun ditulis 'EDISI KHUSUS SUAMI ISTRI'. Di album ini Kaka sudah tidak berambut panjang gimbal namun menjadi lebih pendek namun tetap keriting. Bimbim menyumbang suaranya di lagu Menjadi Masalah. Di PV Jembatan gantung, Slank tidak tampil namun hanya para siswa sekolah yang diperankan Marshanda dan beberapa remaja lainnya.

Slank kemudian menyelenggarakan Satu-Satu Live Tour di kota-kota Indonesia. Beberapa lagu di konser tersebut dimasukkan ke album live ketiga mereka yang diberi titel Bajakan. Bajakan adalah bentuk kegelisahan Slank terhadap para pembajak yang dengan mudah dan gampangnya mencuri hak cipta seorang pemusik. Lagu lagu yang direkam semuanya adalah live hasil konser dibeberapa tempat dan event. Ada tiga lagu baru yang dimasukkan di album live ketiga Slank ini. That's All,, yang direkam pada konser Satu-Satu Live Tour ini menjadi single disusul Bendera 1/2 Tiang yang direkam di studio Parah di Potlot dan juga lagu hasil kolaborasi dengan group musik dari Korea Selatan berjudul South Asia. South Asia direkam secara live bersama Yoon Band dari Korea. Lagu ini pernah dibawakan saat Slank bermain di Korea. Yoon Band pun ikut berkolaborasi di lagu I Miss You But I Hate You milik Slank yang direkam pada acara Impresario. Sang vokalis dari Yoon Band mengubah liriknya menjadi bahasa korea. Lagu tersebut juga masuk dalam album Bajakan ini. Ada juga lagu dimana Slank berkolaborasi dengan raja dangdut Rhoma Irama di lagu Balikin. Kaka tidak banyak bernyanyi di lagu ini. Malah Rhoma lah yang mengambil hampir seluruh bagian yang dinyanyikan Kaka. Hasil konser Tiga Dimensi pun dimasukkan kesini. Ending album Bajakan adalah Sumpah Anti Pembajak yang di deklarasikan Slank bersama Slanker se-Indonesia. Bonus album ini adalah sebuah pick guitar.

Slank merayakan ulang tahun ke 20 nya di Lebak Bulus. Banyak para musisi yang meramaikan acara ini diantaranya Ungu, Koil, dll. 20 tahun bermain musik dan berkreasi belumlah cukup untuk Slank. Mereka masih ingin bermimpi dan meraih mimpi-mimpinya.

Album Live pertama di dunia

Memasuki tahun 2004 dimana punk berhasil menggebrak musik Indonesia, Kaka mengubah image dirinya dengan rambut mohawk. Punk ala Slank. Begitu mereka menyebutnya. Slank dan Naif menggelar konser bersama bernama Road to Peace 24 Kota. Yang menarik dari konser ini adalah, dibawakannya lagu-lagu baru yang belum pernah dibawakan dan hasil lagunya direkam secara live dan dijadikan album berikutnya. Jika biasanya Slank merekam lagu, rilis, kemudian tour,, kali ini tidak. Mereka tour sambil merekam secara live di panggung, baru kemudian merilisnya. Album ini diberi nama Road to Peace. Naif juga berkolaborasi di lagu Amrozy Gitting yang direkam di studio Parah milik Slank. Dua lagu yaitu Amrozy Gitting dan P3K direkam di Potlot, markas mereka sedangkan yang lainnya direkam di atas panggung. Mars Slankers dan Salah menjadi jagoan di album ini. Di album ini juga dimasukkan sebuah karya dari Mochtar Embut berjudul Mars Pemilu yang diaransemen menjadi aransemen rock oleh Slank. Album ini konon disebut sebagai album live pertama di dunia. Walaupun sudah pernah ada yang merekam full album secara live seperti Greateful Dead dan Blues Traveler,, namun band tersebut tidak merekam nya di atas panggung seperti yang dilakukan Slank. Untuk pematangan konsep pun, Slank tidak ragu dan malu untuk menyewa sebuah studio ketika Slank berada di kota tempat mereka akan show. PV lagu Mars Slanker mencampurkan unsur animasi di dalamnya sedangkan PV lagu Salah, lagi-lagi Slank tidak ada di video tersebut.Bonus dari album ini adalah sebuah poster dan masker berlogo peace yang di design oleh seorang Slanker dari Makasar.

Tahun 2004 ini juga Slank mewakili Indonesia untuk tampil di acara MTV Asia Aid di Thailand dan membawakan sebuah lagu yang diambil dari album Satu Satu yaitu Karikatur.


Di akhir tahun 2004, lagi-lagi Slank merilis sebuah album baru. P.L.U.R adalah nama albumnya. PLUR adalah singkatan dari kata Peace, Love, Unity, Respect. Sebuah semboyan baru Slank (sebelumnya Slank setia dengan jargon Piss). Album ini mengandalkan Ku Tak Bisa, Biru, dan Juwita Malam sebagai jagoan. Juwita Malam ini adalah lagu ciptaan Ismail Marzuki. Dibuat dalam dua versi. Punk dan Blues. Lagu Juwita Malam dan Biru masuk dalam soundtrack film Banyu Biru yang dibintangi Tora Sudiro. Bimbim bernyanyi kembali di lagu Indonesiakan Una. Bonus album ini adalah sebuat sticker dan poster kalender. Di tahun 2004 ini Slank merayakan ulang tahun ke 21 tahun di kota Surabaya pada 26 Desember bertepatan dengan bencana besar di Aceh. Sebenarnya di album ini pun Slank membuat lagu tentang Aceh yaitu Atjeh Investigation. Lagu Gossip Jalanan yang membuat gerah para politisi pun terdapat di album ini.

Diskografi
Album Studio

1. 1990 - Suit... Suit... He... He... (Gadis Sexy)
2. 1991 - Kampungan
3. 1993 - Piss!
4. 1995 - Generasi Biru
5. 1996 - Minoritas
6. 1996 - Lagi Sedih
7. 1997 - Tujuh
8. 1998 - Mata Hati Reformasi
9. 1999 - 999+09
10. 2001 - Virus
11. 2003 - Satu Satu
12. 2004 - Road to Peace
13. 2005 - PLUR
14. 2006 - Slankissme
15. 2007 - Slow But Sure
16. 2008 - Slank - The Big Hip
17. 2008 - Anthem For The Broken Hearted


Album Live

1. 1998 - Konser Piss 30 Kota
2. 2001 - Virus Roadshow
3. 2003 - Bajakan

Album Soundtrack

1. 2007 - Original Soundtrack "Get Married"
2. 2009 - Original Soundtrack Generasi Biru
3. 2009 - Original Soundtrack "Get Married 2"








Iwan Fals yang bernama lengkap Virgiawan Listanto (lahir di Jakarta, 3 September 1961; umur 48 tahun) adalah seorang penyanyi beraliran balada yang menjadi salah satu legenda hidup di Indonesia.

Lewat lagu-lagunya, ia 'memotret' suasana sosial kehidupan Indonesia di akhir tahun 1970-an hingga sekarang, serta kehidupan dunia pada umumnya, dan kehidupan itu sendiri. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya. Namun demikian, Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya sendiri tetapi juga sejumlah pencipta lain.

Iwan yang juga sempat aktif di kegiatan olahraga, pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara IV Karate Tingkat Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan juga sempat menjadi kolumnis di beberapa tabloid olah raga.

Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum 'akar rumput'. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar diseluruh nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan Oi. Yayasan ini mewadahi aktivitas para penggemar Iwan Fals. Hingga sekarang kantor cabang OI dapat ditemui setiap penjuru nusantara dan beberapa bahkan sampai ke manca negara

biografi singkat
Masa kecil Iwan Fals dihabiskan di Bandung, kemudian ikut saudaranya di Jeddah, Arab Saudi selama 8 bulan. Bakat musiknya makin terasah ketika ia berusia 13 tahun, di mana Iwan banyak menghabiskan waktunya dengan mengamen di Bandung. Bermain gitar dilakukannya sejak masih muda bahkan ia mengamen untuk melatih kemampuannya bergitar dan mencipta lagu. Ketika di SMP, Iwan menjadi gitaris dalama paduan suara sekolah.

Selanjutnya, datang ajakan untuk mengadu nasib di Jakarta dari seorang produser. Ia lalu menjual sepeda motornya untuk biaya membuat master. Iwan rekaman album pertama bersama rekan-rekannya, Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul, namun album tersebut gagal di pasaran dan Iwan kembali menjalani profesi sebagai pengamen. Album ini sekarang menjadi buruan para kolektor serta fans fanatik Iwan Fals.

Setelah dapat juara di festival musik country, Iwan ikut festival lagu humor. Arwah Setiawan (almarhum), lagu-lagu humor milik Iwan sempat direkam bersama Pepeng, Krisna, Nana Krip dan diproduksi oleh ABC Records, tapi juga gagal dan hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja. Sampai akhirnya, perjalanan Iwan bekerja sama dengan Musica Studio. Sebelum ke Musica, Iwan sudah rekaman sekitar 4-5 album. Di Musica, barulah lagu-lagu Iwan digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani oleh Willy Soemantri.

Iwan tetap menjalani profesinya sebagai pengamen. Ia mengamen dengan mendatangi rumah ke rumah, kadang di Pasar Kaget atau Blok M. Album Sarjana Muda ternyata banyak diminati dan Iwan mulai mendapatkan berbagai tawaran untuk bernyanyi. Ia kemudian sempat masuk televisi setelah tahun 1987. Saat acara Manasuka Siaran Niaga disiarkan di TVRI, lagu Oemar Bakri sempat ditayangkan di TVRI. Ketika anak kedua Iwan, Cikal lahir tahun 1985, kegiatan mengamen langsung dihentikan.

Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya dianggap dapat memancing kerusuhan. Pada awal karirnya, Iwan Fals banyak membuat lagu yang bertema kritikan pada pemerintah. Beberapa lagu itu bahkan bisa dikategorikan terlalu keras pada masanya, sehingga perusahaan rekaman yang memayungi Iwan Fals enggan atau lebih tepatnya tidak berani memasukkan lagu-lagu tersebut dalam album untuk dijual bebas. Belakangan Iwan Fals juga mengakui kalau pada saat itu dia sendiri juga tidak tertarik untuk memasukkan lagu-lagu ini ke dalam album.

Rekaman lagu-lagu yang tidak dipasarkan tersebut kemudian sempat diputar di sebuah stasiun radio yang sekarang sudah tidak mengudara lagi. Iwan Fals juga pernah menyanyikan lagu-lagu tersebut dalam beberapa konser musik, yang mengakibatkan dia berulang kali harus berurusan dengan pihak keamanan dengan alasan lirik lagu yang dinyanyikan dapat mengganggu stabilitas negara. Beberapa konser musiknya pada tahun 80-an juga sempat disabotase dengan cara memadamkan aliran listrik dan pernah juga dibubarkan secara paksa hanya karena Iwan Fals membawakan lirik lagu yang menyindir penguasa saat itu.

Pada bulan April tahun 1984 Iwan Fals harus berurusan dengan aparat keamanan dan sempat ditahan dan diinterogasi selama 2 minggu gara-gara menyanyikan lirik lagu Demokrasi Nasi dan Pola Sederhana juga Mbak Tini pada sebuah konser di Pekanbaru. Sejak kejadian itu, Iwan Fals dan keluarganya sering mendapatkan teror. Hanya segelintir fans fanatik Iwan Fals yang masih menyimpan rekaman lagu-lagu ini, dan sekarang menjadi koleksi yang sangat berharga.

Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, nama Iwan semakin meroket dengan mencetak hits Bento dan Bongkar yang sangat fenomenal. Perjalanan karir Iwan Fals terus menanjak ketika dia bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990 yang didukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi. Konser-konser Kantata Takwa saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia.

Setelah kontrak dengan SWAMI yang menghasilkan dua album (SWAMI dan SWAMI II) berakhir, dan disela Kantata (yang menghasilkan Kantata Takwa dan Kantata Samsara), Iwan Fals masih meluncurkan album-album solo maupun bersama kelompok seperti album Dalbo yang dikerjakan bersama sebagian mantan personil SWAMI.

Sejak meluncurnya album Suara Hati pada 2002, Iwan Fals telah memiliki kelompok musisi pengiring yang tetap dan selalu menyertai dalam setiap pengerjaan album maupun konser. Menariknya, dalam seluruh alat musik yang digunakan baik oleh Iwan fals maupun bandnya pada setiap penampilan di depan publik tidak pernah terlihat merek maupun logo. Seluruh identitas tersebut selalu ditutupi atau dihilangkan. Pada panggung yang menjadi dunianya, Iwan Fals tidak pernah mengizinkan ada logo atau tulisan sponsor terpampang untuk menjaga idealismenya yang tidak mau dianggap menjadi wakil dari produk tertentu.



KiLLing Me Inside













Band Killing Me Inside (Killms) adalah band bergenre Modern Rock / Emo yang dibentuk pada awal tahun 2006 dengan personilnya, yaitu : Sansan sebagai vokalis, Raka dan Josaphat sebagai gitaris, Onadio sebagai bassis dan Rendy pada drum. Pada pertengahan '08, Raka (gitaris) Killing Me Inside
terpaksa mengundurkan diri untuk bergabung dengan band lain (Vierra) karena beberapa alasan.

"Gue harus mengundurkan diri dari band ini (Killms) karena adanya bentrok antara 2 band yaitu Killing Me Inside dan Vierra. Kedua band ini akan menjalankan kontrak dimana suatu pihak tidak membolehkan playernya untuk mempunyai lebih dari 1 band. Saat ini gue berada di posisi yang bagi gue hasil akhirnya sama skali bukan apa yang gua inginkan, dimana gue diharuskan untuk memilih Vierra yang disebabkan oleh "suatu faktor keluarga" yang sama sekali gak bisa gue tolak," kata Raka seperti yang dituliskan di Blog Myspace Killms.

Kemudian pada tahun itu, memasuki 2009, setelah beberapa kali manggung dan melakukan tour, Sansan (Vokalis) dan Rendy (Drum) meninggalkan band dan juga karena beberapa alasan. Sansan sebagai vokalis keluar karena memang pilihannya dia sendiri untuk keluar (sekarang ada di Pee Wee Gaskins) dan Rendy sebagai Drummer mengundurkan diri karena sibuk untuk rencana jangka panjangnya demi masa depan.

Formasi terbaru Killms adalah sebagai berikut: Onadio sebagai vokalis, Josaphat pada gitar, Agung pada bass dan Davi untuk menggantikan Rendy pada drum. Band ini sudah mempunyai satu album yaitu "A Fresh Start For Something New" yang hitsnya lagunya yaitu "The Tormented".






Jon Bon Jovi



Tidak bisa dpungkiri lagi kalau Bon Jovi yang merupakan salah satu referensi musik rock dunia yang begitu fenomenal di decade 80 an hingga 90 an sangat identik sekali dengan frontman-nya atau vocalist –nya, yaitu John Francis Bongiovi Jr. atau yang lebih kita kenal dengan nama Jon Bon Jovi.Tidak hanya karena namanya menjadi identitas band. Tapi sekelompok musisi asal New Jersey yang terbentuk pada tahun 1983 ini, bisa jadi band papan atas berkat ambisi sang vocalis, Jon Bon Jovi.
Biografi Jon Bon Jovi, lahir pada tanggal 2 Maret 1962. Sedari kecil si Jon Bon Bovi ini memang sudah memantapkan niatnya untuk menjadi seorang rocker saat dewasa kelak. Ini terlihat dari kebiasaannya menghabiskan waktu di klub malam lokal, Ashbury Park, hanya untuk sekedar hang out, mendengarkan musik, atau jamming dengan musisi yang tampil.
Setelah merasa punya modal, pada tahun 1079, Jon Bon Jovi kemudian berinisiatif membentuk band dengan nama Atlantic City Expressway. Meski kelasnya hanya band lokal, tapi band ini lumyan sukses juga. Tapi hasilnya belum bisa memuaskan Jon Bon Jovi. Menginggat karir yang ingin dicapai Jon Bon Jovi tidah hanya sekedar dikenal di kampung halamannya saja tetapi bisa go internasional dan dikenal di seluruh belahan dunia.
Sebagai referensi dan juga patut dicontoh adalah ambisi yang dimiliki Jon Bon Jovi tidak lantas menutup matanya, tidak segan – segan pekerjaan sebagai tukang sapu studio rekaman juga dilakoninya supaya bisa berinteraksi secara total dengan para musisi top. Tempat kerja yang dipilih Jon Bon Jovi ini pun merupakan studio rekaman legendaries bernama “Power Station Studio”
Di sela – sela pekerjaannya sebagai tukang sapu studio, si Jon ini mulai mencoba menulis lagu. Dari tahun 1980 hingga 1983, 50 judul lagu berhasil ia tulis. Dari sekian banyak lagu ciptaannya, Jon Bon Jovi memilih lagu berjudul “Runaway” untuk dibikin demo. Ternyata, ada sebuah stasiun radio lokal benama WAPP yang tertarik dengan demo tadi. Oleh stasiun radio penggemar musik indie itu, lagu Jon Bon Jovi diudarakan, hasilnya lagu “Runaway” menjadi cukup populer.


Sayangnya kepopuleran lagu Runaway belum ada pendukungnya, sebab Jon Bon Jovi belum punya band. Akibatnya kontrak rekaman juga belum bisa didapat oleh si Jon ini. Didorong keinginannya yang begitu besar untuk bisa nemiliki sebuah band professional, maka Jon Bon Jovi mulai nengumpulkan personil buat membentuk band. Musisi yang pertama kali dikontak adalah, keyboardis, David Bryan, yang jugaa merupakan bekas rekannya di Atlantic City Expressway.
Meskipun tidak seambisius Jon Bon Jovi, tapi David Bryan, yang lahir pada 7 Februari 1962 ini ternyata juga punya cita – cita berkarir di dunia musik. Buktinya saat Jon Bon Jovi menghubunginya buat ikut gabung, David kemudian mengalihkan pendidikannya dari sekolah kedokteraan ke sekolah musik, Julliard Music School, di New jersey. Karena sejak kecil David Bryan ini memang sudah deket banget dengan dunia musik. Saat diajak Jon Bon Jovi untuk ngeband, si David ini langsung menjawab oke. Keduanya kemudian membentuk Jon Bongiovi & The Wild Ones, band yang jadi cikal bakalnya Bon Jovi. Berbekal nama tersebut, kedua calon musisi ini mulai mengirim demo – demo ke sejumlah perusahaan rekaman, bahkan sampai yang berdomisili di Los Angeles.
Meski usaha yang dilakukan terbilang cukup gencar, tetap saja belum membuahkan hasil. Sebab demo yang mereka kirim dianggap belum sempurna lantaran band belum lengkap dan hanya terdiri dari dua personil saja. David dan Jon kemudian mulai giat mencari personil pelengkap. Dan, orang yang beruntung menjadi incaran adalah drummer Frankie & The Knockouts, Tico Torres.
Sebenarnya, drummer kelahiran 7 Oktober 1953 ini lebih condong ke musik jazz. Selain itu si Tico Torres ini juga lebih berpengalaman di dunia musik. Tercacat sebelum dikontak Jon Bon Jovi, Tico sudah menyelesaikan 26 album rekaman bersama musis – musisi top seperti Alice Cooper, Cher, sampai Chuck Berry. Meski jauh berpengalamn daripada Dvid Bryan dan Jon Bon Jovi, tetapi Tico langsung respek saat bertemu Jon Bon Jovi saat pertama kali. Meskipun aliran musik yang bakal diusung band baru ini agak berbeda dengan gaya permainan Tico Torres, tetapi ajakan untuk bergabung juga langsung diterima Tico Torres.
Bergabungnya Tico Torres, membuat langkah Jon Bon Jovi untuk memantapkan formasi bandnya menjadi semakin cepat. Sebab Tico Torres kemudian mengusulkan nama bassis band Jersey bernama Alec John Such untuk dipertimbangkan sebagai personil berikutnya. Pasalnya Tico tahu persis kalo ciri permainan Alec John Such bakal klop dengan band bentukan Jon Bon Jovi. Latar belakang mereka pernah bermain bareng di sebuah band bernama “Phantom’s Opera” jadi referesinya.
Pemain bass kelahiran 14 November 1956 ini ternyata cukup klop dengan Jon Bon Jovi dan bandnya. Makanya eks personil New Jersey All State Orchestra saat masih jadi murid di Rahway Junior High School ini dengan cepat diterima. Sayangnya waktu itu, tidak ada yang mengira kalau Alec pada akhirnya harus berpisah duluan dengan mereka.
Empat orang personil utama sudah lengkap, sekarang tinggal posisi yang benar – benar menentukan dan penting bagi sebuah band rock, yaitu gitaris. Mencari seorang gtaris yang berkarakter ternyata bukan persoalan gampang. Makanya Jon Bon Jovi tidak lantas langsung menetapkan gitaris resminya. Untuk sementara, Jon menunjuk seorang teman yang tinggal bersebelahan dengan rumahnya bernama Dave Sabo, sebagai gitaris yang kelak menjadi gitaris Skid Row.
Alasan Jon Bon Jovi merekrut Dave Sabo , sebagai gitaris tanpa audisi karena ada tawaran manggung buat bandnya. Event pertama ini adalah penampilan konser para pendukung album kompilasi radio WAPP. Memang sih lagu “Runaway” yang mereka bawain waktu itu mendapatkan sambutan yang cukup antusias dari para penonton. Hanya saja Jon Bon Jovi belum bisa menerima Dave Sabo sebagai gitarisnya lantaran umurnya yang masih muda banget.
Kebetulan sehabis konser ada seorang pemuda bernama Richie Sambora tiba – tiba mundekati Jon Bon Jovi sambil menawarkan diri menjadi gitaris. Promosi Richie Sambora waktu itu adalah banyak mempunyai lagu ciptaan sendiri, selain permainan gitarnya yang cukup mantap. Tertarik dengan promosi Richie, Jon Bon Jovi kemudian mengadakan audisi khusus.
Gitaris kelahiran 11 Juli 1959 ini ternyata tidak berlebihan. Saat audisi semua kemampuannya dikeluarkan. Basic permainan yang dipengaruhi aliran blues milik Eric Clapton ternyata cukup memukau Jon dan rekan- rekannya. Jelas saja karena teknik – teknik istimewa tersebut sudah dikuasai Richie Samboro sejak berumur 12 tahun. Belakangan ketahuan kalau gitaris ini juga punya banyak pengalaman di dunia musik. Band – band yang pernah disinggahinya anatara lain Rebel, Mercy, Duke Williams & The Extremes, The Message, The Next, dan Hook. Jadi Richie pun diterima sebagai anggota kelima menggantiakan posisi Dave Sabo.
Bergabungnya Richie Sambora sekaligus meresmikan munculnya nama Bon Jovi. Formasi ini benar – benar dahsyat. Mereka hanya butuh 3 tahun sejak terbentuk untuk mencapai puncak karir tinggi di blantika musik dunia. Setelah merilis album Bon Jovi (1984), dan “7800◦Fahrenheit (1985), mereka merilis album masterpiece, “Slippery When Wet “ (1986) yang laku 10 juta kopi di seluruh dunia.
Nama Bon Jovi pun menjadi top act. Album – album berikutnya seperti New Jersey (1988), Keep The Faith (1992) dan kompilasi Cross Road (1994), meraup keuntungan besar. Sedemikian besarnya nama Bon Jovi, maka ketika Alec John Such keluar dari formasi pada tahun 1994, ternyata tidak memberi pengaruh besar. Karir Bon Jovi diteruskan dengan album – album yang sama dahsyatnya, seperti “These Days” (1995), “Crush” (2000), “Bounce” (2002), dan “This Left Feeling Right” (2004)
Tidak terasa hampir memasuki decade ketiga karir Bon Jovi di dunia musik. Bukti kalau mereka mampu bertahan di tengah gencarnya gelombang musik – musik baru. Yang jelas musik mereka tidak pernah kehilangan pamor buat bersaing. Hasil dari sebuah ambisi yang hebat dari seorang tukang sapu studio. .





Led Zeppelin Biography


Early Days.
The band was originally formed in 1968 by guitarist Jimmy Page under the name “the New Yardbirds” in order to fulfill some performance commitments booked before the break up of the original Yardbirds. Robert Plant was the singer. After those concerts the band’s name was changed to Led Zeppelin after Keith Moon, drummer with The Who, suggested they would “go over like a lead balloon”. They turned out to be one of the most popular and influential rock bands of the 1970s.
Shortly after their first tour the group’s first eponymous album was released. Its combination of blues and rock influences with distorted amplification made it one of the pivotal records in the evolution of heavy metal music and kick-started the band’s career, especially in the United States, where they would frequently tour and where their album sales totals are second only to The Beatles. The second record, simply titled Led Zeppelin II followed in the same style, and included the bludgeoning riff of “Whole Lotta Love”, which, driven by the rhythm section of John Bonham on drums and John Paul Jones on bass, defined their sound at the time.

Jimmy Page and Robert Plant were blues fanatics; two of Led Zeppelin’s early hits, “Whole Lotta Love” and “You Shook Me”, were actually written by Willie Dixon (however, they were used without crediting Dixon and it was not until Chess Records brought suit 15 years later that proper credit — and a monetary settlement — was given). The band also loved American rock and roll and would perform songs originally made famous by Elvis Presley and Eddie Cochran. Onstage, Led Zeppelin concerts could last over three hours; expanded, improvised live versions of their song repertoire often incorporated tight workouts of James Brown, Stax, and Motown-influenced soul music and funk (favorites of bassist Jones and drummer Bonham).
For the recording of their third record, Led Zeppelin III, the band retired to “Bron-Yr-Aur”, a remote house in Wales Celtic and folk music, and which revealed a different side of guitarist Page’s prodigious talent.

The Biggest Band in the World
The band’s varying musical tendencies were fused on the fourth album, which although officially untitled, is usually called either Four Symbols or IV. The record included hard rock such as “Black Dog”, Tolkienesque folksy mysticism on “The Battle of Evermore“, and a combination of both genres in the lengthy song “Stairway to Heaven“, a massive FM radio hit. The album winds up with one of thier best blues songs, When the Levee Breaks. without electricity. This would result in a more acoustic sound (and a song, “Bron-Yr-Aur Stomp” – misspelled as “Bron-Y-Aur Stomp” on the album cover) which was strongly influenced by
Their next studio record, 1973‘s Houses of the Holy, featured further experimentation: longer songs, expanded use of synthesizers, and string sections arranged by Jones. With songs like “The Song Remains the Same”, “No Quarter”, and “D’yer Mak’r” Led Zeppelin were again pushing the limits defining rock music. Their 1973 tour of the U.S. again broke records for attendance: at Tampa Stadium, Florida they played to 56,800 fans (more than the Beatles‘ 1965 concert at Shea Stadium). Three sold out New York shows at Madison Square Garden were filmed for a concert motion picture, but this project would be delayed for several years.

In 1974, Led Zeppelin launched their own record label called Swan Song. Besides using it as a vehicle to promote their own albums, the band expanded the label’s roster, signing artists such as Bad Company, Pretty Things, Maggie Bell, Detective, Dave Edmunds, Midnight Flyer, Sad Caf? and Wildlife.

1975 saw the release of Physical Graffiti, their first double album set, on the Swan Song label. The album included songs recorded in studio sessions from the last 3 albums plus new songs. Again the band showed impressive range with songs like the melodic “Ten Years Gone”, the acoustic “Black Country Woman”, the driving “Trampled Underfoot”, and the thundering, Indian-Arabic tinged “Kashmir”.
Shortly after the release of Physical Graffiti the entire Led Zeppelin catalog of six albums was simultaneously on the top 200 album chart, a feat never before accomplished. The band embarked on another U.S. tour, again playing to record-breaking crowds. To top off the year they played 5 sold out nights at the U.K‘s Earl’s Court (these shows were recorded and would be released on DVD some 28 years later). At this peak of their career, Led Zeppelin were the biggest rock band in the world.

If the band’s popularity on stage and record was impressive, so too was their reputation for excess and off-stage wildness; Zeppelin traveled in a private jet, rented out entire sections of hotels, and became the subjects of many of rock’s most famous stories of debauchery: trashed hotel rooms, sexual escapades, and heavy use of drugs and alcohol. Several people associated with the band would write books about the wild escapades of the group, who disavowed many of the tales.

Latter Days
In 1976 the band took a break from the road and began filming “fantasy” segments for the as-yet unreleased concert film. During this break Robert Plant and his wife were in a car crash which broke Plant’s ankle. Unable to tour, the band returned to the studio and, with Plant sitting on a stool during the sessions they recorded their sixth studio album, Presence. Though the album was a platinum seller it was considered by many to be a disappointing effort. The intricate arrangements of previous albums had been replaced by jams including “Nobody’s Fault But Mine” and the epic-length “Achilles Last Stand”. Some critics speculated that the band’s legendary excesses had caught up with them at last.

Late 1976 finally saw the release of the concert film The Song Remains the Same and its soundtrack. Though the concert footage was from 1973 this would be the only filmed document of the group released for the next 20 years.

The band did little recording or live work during 1978; the sombre mood was extended with the death of their friend, Who drummer Keith Moon.

The summer of 1978 saw the group recording again, this time at Swedish Polar Studio; this album would be titled In Through the Out Door and would showcase the talent of drummer John Bonham on the epic “Carouselambra”. The album also featured rockers like “In The Evening” , the tropical “Fool in the Rain”, and the balladic tribute to Plant’s son, “All My Love”. After a decade of recording and touring, the band was now considered a dinosaur in some quarters, as mainstream musical tastes had moved in favor of disco and critical focus had turned to punk rock, but the band still commanded legions of loyal fans, and the album reached #1 in the US and UK.

In the summer of 1979, after 2 warm up shows in Copenhagen, Led Zeppelin were booked as headliners at England’s Knebworth Fest in August. Close to 400,000 fans witnessed the return of Led Zeppelin and with the release of In Though the Out Door in November They were ready to tour again, planning a short European tour followed by another American tour.

The 1980 American tour was not to be, however. On September 25, 1980, shortly before embarking on the U.S. leg of the tour, drummer John Bonham died of an accidental asphyxiation after an alcohol binge.

The remaining band members refused to continue as Led Zeppelin after Bonham’s death, although there have been ongoing rumours of a reunion and various collaborative project.

Two years after Bonham’s death the band released Coda, a collection of out-takes from previous recording sessions. In the years to follow a steady stream of boxed sets and greatest-hits collections would keep the band on the charts, as Led Zeppelin continued to garner heavy airplay on rock radio.

In 1985 Page, Plant, Jones with drummers Tony Thompson and Phil Collins performed a short set at Live Aid. A year later in 1986, Page, Plant and Jones gathered at Bath, England for rehearsals with drummer Thompson with a view to play again as a group, however a serious car accident with Thompson put an end to that plan. Bonham’s son, Jason, joined the remaining three in 1988 for Atlantic Records‘ 40th Anniversary concert.

Page and Plant, without Jones, reunited in 1994 for an MTV Unplugged performance which eventually led to a world tour, with a Middle Eastern orchestra, and two albums.

The British press reported in 2002 that Plant and Jones had reconciled after a 20-year feud that had kept Led Zeppelin apart, and rumours of a reunion tour in 2003 surfaced. Drummer Dave Grohl of the Foo Fighters was named as a potential replacement for Bonham, a claim later denied by Page.

2003 saw yet another resurgence of the band’s popularity with the simultaneous release on CD and DVD of live concert material from the band’s heyday.

    * Jimmy Page — guitar
    * Robert Plant — vocals, harmonica
    * John Bonham — drums
    * John Paul Jones — bass guitar, keyboards


The band has often cited influential manager Peter Grant as a “fifth member.


Discography.
Before recording Led Zeppelin I, all four members participated in the sessions for P.J. Proby‘s 1969 album Three Week Hero
    * Led Zeppelin (1969)
    * Led Zeppelin II (1969)
    * Led Zeppelin III (1970)
    * Four Symbols (1971) (unofficial title)
    * Houses of the Holy (1973)
    * Physical Graffiti (1975)
    * Presence (1976)
    * The Song Remains the Same (1976)
    * In Through the Out Door (1979)

The following albums were issued after the band ceased recording:

    * CODA (1982)
    * Remasters (1990)
    * Profiled (1990)
    * Box Set (1990)
    * Box Set II (1993)
    * Complete Studio Recordings (1993)
    * BBC Sessions (1997)
    * Early Days: Best of Led Zeppelin Volume One (1999)
    * Latter Days: Best of Led Zeppelin Volume Two (2000)
    * How the West Was Won (2003)






 
Selengkapnya...